BUDAYA NGARET



 
 Oleh : Ima Rahmatul K
Komunikasi Penyiaran Islam '15

Dalam masyarakat Indonesia tidak tepat waktu adalah suatu hal yang sudah biasa yang sering disebut “ngaret”. Definisi dari karet sendiri adalah suatu bahan yang sangat lentur dan elastis, bisa kita lihat dalam sebutan jam karet tersebut sudah memberikan sugesti negatif kepada masyarakat bahkan sebelum kita pergi ke suatu pertemuan atau kegiatan, kita sudah berperasangka bahwa pertemuan atau kegiatan tersebut akan ngaret. Jadi, tidak aneh jika jam karet sudah menjadi budaya pada masyarakat Indonesia.

Budaya ngaret adalah suatu hal yang lumrah terjadi dan sudah menjadi fenomena pada masyarakat Indonesia baik itu anak kecil, remaja, maupun orang dewasa. Saya akan mulai membahas budaya ngaret yang terjadi pada mahasiswa, secara tidak langsung ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa membudayakan jam karet terutama ngaret dalam perkuliahan diantaranya, yang sangat lumrah dan sangat klise adalah Macet, persoalan yang tidak ada habisnya untuk dibahas hal tersebut seringkali dijadikan alasan untuk datang terlambat meskipun banyak orang yang benar- benar terjebak macet. 

Meskipun budaya ngaret yang udah dianggap lumrah di Indonesia, terlambat tetaplah terlambat, sebuah gestur yang membuat kita kesal, nggak sopan, serta merepotkan orang lain contohnya dalam satu acara atau pertemuan orang akan saling menunggu berjam-jam hingga semuanya berkumpul, kita akan cenderung berfikir bahwa menunggu itu adalah suatu hal yang sia-sia toh teman-teman juga akan datang telat, sepertinya rugi sekali jika kita datang tepat waktu dan harus nunggu yang lain berdatangan.

Setiap orang asing selalu salut dan senang dengan orang Indonesia. Orang Indonesia itu ramah, santun, guyub, bersahabat, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Hanya satu yang sering bikin mereka jengkel dan tidak suka yaitu tidak tertib waktu alias ‘ngaret’.

Persoalan disiplin waktu di Indonesia sebenarnya sama halnya dengan disiplin-disiplin yang lain. Seperti disiplin berlalu-lintas atau disiplin membuang sampah pada tempatnya. Suka tidak suka harus kita akui kesadaran bangsa untuk berdisiplin kurang jika dibandingkan negara-negara lain. Budaya ngaret sudah menjadi bagian bangsa ndonesia yang tdak bisa dihilangkan.

Budaya ngaret sudah mengakar dan susah sekali dihilangkan dalam masyarakat Indonesia, persoalan tersebut sama halnya dengan soal matematika yang sangat sulit dipecahkan yang membutuhkan beberapa rumus dan contoh-contoh soal lain untuk memecahkan soal tersebut. Jadi, untuk menghilangkan budaya ngaret di Indonesia membutuhkan beberapa faktor dan dukungan karena budaya ngaret tersebut seperti virus yang menular jika seseorang mencoba untuk tidak ngaret dalam suatu pertemuan sedangkan yang lainnya masih ngaret maka orang yang mencoba tidak ngaret tersebut akan merasakan hal yang sia-sia dan kemudian orang tersebut dalam menghadiri pertemuan akan ikut ngaret. Karena kita cenderung lebih suka datang terlambat dari pada kita harus berlama-lama menunggu orang lain. Dalam kasus tersebut untuk tidak ngaret membutuhkan dukungan dari beberapa orang supaya virus ngaret tersebut tidak menular dan mengakar.



            

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "BUDAYA NGARET"