Oleh : Ajeng Nuraeni
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir '15
“Dia di Mana-Mana”_ Quraish Shihab
“Ada sinar matahari yang tidak dapat kita jangkau, masih banyak
menyangkut matahari yang tidak dapat kita katahui, Cahayanya pun tidak mampu
kita tatap berlama-lama, kalau matahari saja demikian bagaimana kita dapat
melihat dengan mata kepala kita sang pencipta matahari itu”.
Cahaya merupakan
bentuk energi yang menjadikan kita dapat menangkap bayang-bayang yang ada
disekitar kita. Seluruh cahaya yang ada di dunia ini berasal dari matahari. Matahari
sangat berperang penting bagi kehidupan siapa saja, salah satunya matahari
memiliki fungsi untuk menerangi jalan yang gelap sehingga kita mampu berjalan
dengan tenang sampai tujuan. Apabila dalam dunia Spritual, cahaya memrupakan simbol
dari pencerahan spritual. Seperti halnya fungsi cahaya di dunia, cahaya
spritual juga memiliki fungsi salah satunya sebagai penerang ruhani yang gelap,
kita mampu berjalan dengan tenang sampai kita pada tujuan akhir yaitu sampai
kepada Sang Pemilik cahaya sebenarnya yakni Allah SWT.
Cahaya di dunia
dapat diperoleh pada lampu, lilin, bintang, bulan dan lain sebagainya. Cahaya
itu ada yang bersumber dari dirinya sendiri seperti matahari dan ada pula yang
berasal dari sebuah pantulan atau bersumber dari materi lain seperti bulan.
Didalam dunia spirutual juga ada ynag bersumber dari dirinya sendiri dan ada
pula yang bersumber dari cahaya lain. Menyinggung dari beberapa materi didunia
yang dapat memancarkan cahaya seperti bintang dan bulan. Dalam cahaya dari dua
benda tersebut, ternyata kita dapat menemukan Tuhan dibalik itu semua. Secara
logika, memang tidak dimengerti oleh akal pikiran kita karena Tuhan adalah dzat
yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata melainkan hanya dapat dilihat oleh ruh
(Bathiniyah). Dapat diartikan kembali bahwa kita dapat menemukan Allah didalam
benda yang dapat memancarkan cahaya, karena itu kita dapat melihat salah
satu bentuk ciptaanNya. Dengan demikian, dari analogi tersebut kita dapat menafakurinya.
Manusia dapat
melakukan aktivitasnya, mngerjakan segala hal yang ia inginkan dan melihat
indahnya dunia. Semua itu dapat kita rasakan pada siang hari karena adanya
cahaya matahari. Maka dari itu kita patut mensyukurinya. Namun, tidak sedikit
dari mereka yang mampu bersykur pada sang pemberi cahaya, banyak yang melakukan
kebathilan, ada pula yang bersyukur akan tetapi mereka bersyukur pada materi
tersebut sehingga mereka menyembah matahari. Yang mereka anggap Dewa (Tuhan)
karena telah memberikan kebahagiaan. Lalu, Gelapnya malam yang dimana para
kejahatan dapat bertindak semaunya, dengan adanya cahaya pada malam hari seperti
bintang dan bulan yang memberikan sinar didalam dirinya dapat menghilangkan
kejahatan malam. Artinya, Bintang dan bulan dapat memberi petunjuk bagi
manusia. Namun, tdak sedikit pula dari mereka yang tak menyadarinya.
Dapat diambil
contoh dari salah satu bentuk cahaya yaitu bulan. Bulan yang kita lihat selalu
berbeda-beda bentuknya, terkadang terlihat kecil yang biasa disebut bulan sabit
dan kadang pula terlihat besar seperti bulan purnama. Sinarnya dimalam hari
dapat menerangi gelapnya malam. Terilhat demikian, semua itu telah diatur oleh
pemilik bulan ini. Tanpa kekuasaanNya, tak ada artinya bulan ini, bulan tak
dapat memancarkan sinarnya, tak dapat berubah bentuk walau memang sebenarnya
bulan itu bentuknya bulat. Perubahan posisi bulan dari sabit ke purnama dan
sampai seterusnya seperti itu, jika dikaitkan dengan manusia yang berjuang
hidup untuk mempertahankan hidupnya di pentas bumi. Kerika manusia tiada, lalu
lahir dalam keadaan masih kecil seperti bulan sabit yang terlihat sangat lucu.
Lalu Ia besar dan membesar, Ia mampu mengembangkan potensi yang ada didalam
dirinya, setelah Ia dewasa alias menua ia terlihat seperti bulan purnama yang
lama kelamaan Ia akan menghilang di hadapan bumi karena telah ditelan bumi
(meninggal dunia). Seperti itulah kehidupan manusia yang tak akan abadi di pentas bumi ini.
Kehidupan yang sebenarnya adalah alam akhirat yang dimana kehidupan di dunia
dapat menentukan di akhirat, apakah ia akan bahagia atau sengsara.
Maka dari itu,
kita harus mengenalnya bahkan kita dapat melihatNya. Agar kita dapat menjadi
kekasihNya. Yaitu dengan cara mensyukuri penciptaanNya salah satunya cahaya, di
balik cahaya tersebut kita dapat melihatNya berupa tanda-tanda kekuasaanNya.

Belum ada tanggapan untuk "Dibalik Cahaya"
Posting Komentar